1

MY FAMILY IS THE BEST

Kamis, 24 Februari 2011

PEMBERIAN SAUDARA PEREMPUANKU

Anna, itulah namaku. Aku lahir dalam keluarga yang rukun dan bahagia. Aku Merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara. Keluargaku sangat sempurna. Ayahku bekerja sebagai pemadam kebakaran dan ibuku adalah seorang pengacara. Kak Jan masih SMA dan ia juga tinggal diasrama, jadi ia jarang dirumah dan berkumpul bersama- sama dengan kami. Kak Lily dan aku.

Biasanya di sore hari, kami menghabiskan waktu untuk duduk diteras rumah atau bermain di halaman depan rumah. Ayahku adalah orang yang paling beruntung di dunia, rumah yang besar, anak-anak yang hebat dan istri yang cantiek. Tentu, kami masih menikmati kebahagiaan dari sebuah kehidupan keluarga.
Aku pernah bertanya kepada orangtuaku kenapa aku dilahirkan? Namun hal itu tidak digubris oleh mereka, aku mulai mencari dan memikirkan apa yang melatarbekangi kehadiranku di keluarga ini.
Suatu kenyataan yang harus ku terima, jikalau aku lahir bukan karena keinginan orangtuaku, tapi aku lahir untuk menyelamatkan kakakku,Lily.
Sewaktu kanak-kanak, Lily tidak seperti anak-anak lainnya. Dia sering sakit-sakitan dan cepat lelah. Suatu hari ibuku keluar dari dapur dan melihat kakakku,Jan, hanya sendirian bermain diruang tamu.
”Dimana Adikmu,Jan?” Tanya ibu.
“Dia berbaring di tempat tidurnya”,jawab Jan.
Ketika ibu masuk kedalam kamar Lily, Dia melihat Lily yang berbaring lemas. Ketika ia hendak membelainya, ibu sangat terkejut melihat darah yang menggumpal seperti memar pada beberapa bagian punggungnya.
Hari itu juga Lily dibawa kerumah sakit untuk melakukan pemeriksaan dan perawatan. Tapi dokter tersebut mengatakan kepada ayah dan ibu untuk dirujuk ke dokter Kate.
“Bukankah dia dokter spesialis untuk Granologi?”,kata ibuku.
“iya.”jawab dokter tersebut.
Hari itu juga ayah dan ibu membawa Lily ke Rumah Sakit tempat dokter itu bekerja.
“Anda ibunya Lily?,Tanya dokter Keith.
“Iya”,jawab ibu.
“Bagaimana keadaan anak saya dokter?”,Tanya ibu lagi.
“Saya minta maaf “kata dokter
“Kami siap mendengarkannya “ kata Ibu.
“Saya harus memberitahukannya kepada anda, bahwa anak anda mengidap penyakit Leukimia. Sel darah putih Lily lebih rendah dari anak normal. Dia mungkin kekurangan kekebalan tubuh.” jawab dokter Keith.
“Apa yang harus kami lakukan? tanya ayah.
“Maaf,kami tidak bisa membantu banyak?”jawab dokter Keith.
Suatu hari ibu dan ayah pergi ke tempat praktek dokter Rian. Dokter tersebut memberikan suatu jalan keluar yang tidak biasa dan tidak wajar.
“Anda bisa membuat program bayi tabung, dimana menggabungkan sel telur ibu dan sperma ayah untuk menciptakan kombinasi spesifik. Kombinasi ini yang nantinya akan melahirkan seorang yang sangat kalian butuhkan untuk menjadi donor ” kata dokter Rian
“Apakah hal itu sangat membantu?”Tanya ibu
“Tentu, setiap sel dalam tubuh anak itu nantinya sangat berarti untuk mempertahankan satu tarikan nafas Lily”,kata dokter Rian.
“Tapi hal ini dilarang secara hukum yang ada dalam negara kita”.kata dokter Rian
“Jikalau itu dapat menyelamatkan Lily, kami akan melakukan apapun ” kata Ibu.
Ayah masih ragu dengan hal itu, tapi ibu menyetujui hal itu, pada saat itu ayah tidak tahu harus berbuat apa, secara tidak langsung ayah mengikuti apa yang ibu inginkan dan mereka mengikuti program bayi tabung.
Suatu hari ayah dan ibu berbicara dengan Jan untuk memindahkan mereka ke sekolah yang baru dan Jan akan tinggal di asrama.
“Jan sekolah tersebut sangat bagus, disana lapangannya sangat luas, kamu bisa bermain bola, basket dan sebagainya. Teman teman juga akan banyak disana? ”,kata ibu
“Aku tidak mau ibu, aku takut kalau aku tidak bertemu lagi dengan ayah dan ibu.”jawab Kak Jan.
“Hey, kami akan sering mengunjungimu kesana, bersama dengan Lily”.kata ibu
Awalnya Jan merasa berat untuk meninggalkan keluarganya dan tinggal di asrama, namun tidak tahu mengapa kakak mau saja di paksa untuk tinggal di asrama.
Sejak saat itu, Kakak Jan tidak pernah merasakan kasih sayang ayah dan ibu, karena ayah dan ibu hanya fokus merawat Lily. Kakak Jan merasa bahwa dirinya hanya seorang diri dan tak ada perhatian khusus dari orang lain dan ayah ibu untuknya. Ayah dan ibu sejak saat itu fokus merawat Lily saja dan tidak pernah memikirkan kak Jan. kak Jan yang nyaris dilupakan oleh kedua orang tuaku.
Satu tahun kemudian, aku lahir, dari cerita yang ku dengar, aku menyumbangkan sel darah tali pusat untuk Lily beberapa jam setelah lahir. Ketika mengetahui fakta itu, aku semakin yakin bahwa aku dilahirkan memang untuk menyelamatkan Lily. Hanya itu, tidak lebih.
Semenjak kecil aku sudah mulai masuk rumah sakit, bukan karena aku yang sakit atau mengikuti pemeriksaan atau perawatan medis. Tapi aku harus menolong Lily, tak terhitung berapa kali aku harus menahan rasa sakit ketika jarum suntik itu masuk ke dalam tubuhku Menjalani beberapa operasi, transfusi darah, pengambilan sum-sum tulang belakang. Semuanya itu seakan menjadi hal yang biasa bagiku.
Ibu memaksaku untuk menolong Lily, ia tidak pernah memikirkan bagaimana sakitnya ketika jarum suntik itu masuk ke dalam tubuhku saat usiaku menginjak 5 tahun, ibu juga tidak pernah tahu bagaimana rasanya dioperasi beberapa kali dalam usiaku yang masih sangat muda untuk melakukan operasi. Ibu juga tidak pernah tahu kalau infeksi dan kesakitan apa yang aku alami di saat usiaku yang masi tergolong remaja.
Semua itu tidak lain hanya untuk membantu Lily ketika penyakit kakak perempuanku itu kambuh ataupun terkena infeksi. Lily sejak kecil keluar masuk rumah sakit untuk pemeriksaan, perawatan, pencucian darah. Bahkan operasi karena organ dalam tubuhnya tidak berfungsi dengan baik.
Ketika penyakit Lily semakin parah, ia lebih sering dirawat di rumah sakit. Dan tiap hari kami sekeluarga harus bergantian menjaga Lily. Tiap hari kami mengunjunginya, walaupun hanya sekedar untuk datang melihat dan terkadang kami juga bercerita dengannya.
Lily sering menceritakan kisah pertemuannya dengan Ricky. Ricky merupakan pacar pertama kak Lily. Mereka bertemu di rumah sakit tempat kak Lily di rawat. Saat itu kak Lily sedang melakukan pemeriksaan , dan Ricky saat itu datang untuk melakukan pemeriksaan. Saat sedang menunggu hasil pemeriksaannya, kak Ricky datang menghampiri kak Lily.
“Hei….kata Ricky
“Pasien disini? ” kata kakakku
“Iya, kenalkan Ricky “, .jawab Ricky
“Lily” ,kata kakakku
Tak lama kemudian perawat memanggil Ricky.
“Hey, bisa aku meminta nomor Handphone-mu?”,Tanya Ricky
“Tentu saja”, jawab Lily sambil menyodorkan kartu namanya.
“Aku akan menghubungi-mu” jawab Ricky
Sementara Ricky berlalu, Lily memperhatikannya dan keheranan dan juga sangat senang.tak lama berselang handphonenya pun berdering.
“Halo..” kata kakakku
“Aku hanya memastikan, jika nomor yang kau berikan tidak salah” , kata Ricky, lalu menutup teleponnnya.
Kak Lily tersenyum dan meletakkan handphone diatas meja.
Sejak saat itu, kesehatan kak Lily agak membaik. Komunikasi antara kak Lily dan Ricky sangat lancar. Mereka sangat dekat dan akrab. Suatu malam saat kami makan malam sekeluarga, tiba-tiba handphone kak Lily berbunyi, refleks kak Lily meninggalkan meja makan dan mengangkat telepon itu, ternyata dari kak Ricky. Mereka sering janjian untuk jalan-jalan, makan, berbelanja dan keperpustakaan. Mereka memiliki banyak kesamaan. Mereka saling mengerti satu sama lain dan saling mendukung. Bisa dibilang kalau Ricky adalah obat buat kak Lily.
Suatu hari, penyakit kak Lily kambuh dan harus dibawah ke rumah sakit. Awalnya kami khawatir tapi kami melihat kakak begitu tegar. Dan kami sangat terharu melihat Ricky yang setia menemaninya.
Di rumah sakit tempat kak Lily di rawat, akan diadakan sebuah acara khusus bagi pasien dalam rumah sakit tersebut. Ricky datang kerumah dan meminta izin kepada ayah dan ibu untuk mengajak kak Lily, karena mereka berdua adalah pasien dari rumah sakit tersebut. Awalnya kami khawatir akan kesehatan kak Lily, tapi melihat kak Lily yang begitu semangat untuk ikut. Kami tidak mau membuatnya sedih. Setelah ayah dan ibu menyetujui hal itu, kak Lily sangat senang dan bahagia sampai melompat kegirangan.
Malam itu ibu tidak bisa tidur, ia cemas dan mengkhawatirkan kak Lily. Ia menunggu sampai kak Lily pulang. Ketika mendengar suara kak Lily, ia langsung terbangun dan melihat keluar jendela. Ia menangis terharu melihat kak Lily yang terlihat sangat bahagia. Sejak mengenal Ricky, kakakku mengalami banyak perubahan.
Malam itu juga kak Lily kekamarku dan menceritakan bahwa Ricky menyatakan cinta ke kak Lily di acara itu. Dia sangat bahagia karena ia juga menyukai Ricky.
Beberapa hari setelah kejadian itu, Ricky tidak pernah lagi berkunjung kerumah atau ke rumah sakit tempat kakakku dirawat. Kami sekeluarga merasa kehilangan, terlebih lagi Kak Lily, ia sangat syok, ia merasa sunyi tidak ada teman dan ia sangat takut di tinggalkan oleh Ricky , karena hanya Ricky yang mau menerima keadaannya.
Suatu hari kak Lily sangat gelisah, dan ia menangis karena Ricky tidak pernah lagi mengunjunginya bahkan tidak meneleponnya. Melihat hal itu, ibu tidak tega melihat kak Lily, ia keluar dari ruang rawat Kak Lily dan ia bertanya ke perawat yang biasa memeriksa Ricky.
Kak Lily memperhatikan ibu dari kamar tempatnya dirawat, ia melihat ibu yang sedang berbicara dengan seorang perawat. Ia tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Tapi dari gerakan ibu sepanjang pembicaraan itu, ibu sangat gelisah dan tidak tahu harus berbuat apa.
Saat ibu masuk kedalam kamar kak Lily, dia hanya terdiam.
“Ibu, aku sudah siap mendengarnya ! ”, kata kakakku
“Ibu minta maaf nak, tapi kamu harus bersabar ! “, jawab ibu.
“apa maksud ibu? “kata kakakku lagi
“Ricky telah meninggal ” jawab ibu.
Kak Lily sangat syok mendengar hal itu, dan menangis sepanjang malam itu. Ia sadar bahwa acara khusus bagi pasien yang diadakan rumah sakit tersebut itulah hari terakhir ia bersama dengan Ricky. Ia sangat kehilangan, hari-harinya dihabiskan dengan melamun dan menangis.
Dari hari ke hari kondisi kak Lily semakin memburuk, ia sering muntah darah dan semakin pucat. Setelah pemeriksaan, dokter menyatakan bahwa organ ginjal kak Lily sudah tak berfungsi dengan baik. dan kami harus mencari donor ginjal yang tepat. Dan itu biasanya ginjal yang cocok berasal dari ayah, ibu atau saudaranya.
Pada waktu kami makan malam, ibu bertanya
“Bisakah kamu menolong kakakmu untuk sekali lagi? “, Tanya ibu
“Maaf Ibu, tapi Aku tidak Mau”. Jawabku
“Kamu harus mau, ini demi keselamatan kakakmu ” kata ibuku dengan nada yang meninggi.
“Aku tidak mau, bu. Selama ini aku berusaha mengikuti kemauan ayah dan ibu. Tapi apa yang aku dapat. Bu aku benci setiap kali harus ke rumah sakit. Aku benci setiap kali harus menahan rasa sakit. Tapi aku tak pernah sekalipun mengutarakan pada siapa pun.”.kataku. sambil berlalu meninggalkan meja makan.
Malam itu ayah ke tempat kerjanya, aku ikut bersamanya dan aku memutuskan untuk menginap di tempat kerja ayah. Aku sangat akrab dan bisa dikatakan cukup dekat dengan teman teman kerja ayah. Bagiku mereka adalah keluarga, mereka sangat menyayangiku lebih dari keluargaku sendiri.
Saat makan malam, aku sengaja tidak duduk bersama ayah dan aku lebih memilih duduk dengan teman teman ayah. Aku masih marah dan kecewa dengan perlakuan mereka terhadapku.
Disisi lain, malam itu ayah terlihat sangat menyesal atas keputusan yang dibuatnya bersama dengan ibu 14 tahun yang lalu.
Keesokan harinya sepulang sekolah, kak Jan dan aku pergi ke tempat seorang pengacara dan berniat mengajukan gugatan kepada kedua orang tuaku untuk memperoleh kebebasan medis.
Kau siap? Kau yakin ingin lakukan ini?. Kata kakakku
Kau tahu ini gila, 'kan? Aku segera kembali./ Baiklah, akan kutunggu. jawabku
Ketika aku masuk, pengacara tersebut terheran-heran melihatku. Ia tersenyum kecil. Dan mempersilahkanku duduk.
“Apa yang bisa kubantu?” Tanya pengacara tersebut.
“Aku ingin menuntut orang tuaku karena memanfaatkan tubuhku, Kakakku mengidap leukemia. Mereka memaksaku memberikan bagian tubuhku padanya.” jawabku, sambil menyerahkan hasil pemeriksaan dan biodataku.
“Kau harus memberikan dia ginjal ? “Tanya pengacara tersebut.
“Dia gagal ginjal sudah sebulan. “ kataku
Tak ada yang bisa memaksamu untuk menyerahkan itu jika kau tak mau, benar 'kan? Kata pengacara tersebut.
Aku masih dibawah 18 tahun, mereka waliku yang sah. mereka telah lakukan itu padaku seumur hidupku.Aku mungkin takkan hidup jika Kate tidak sakit. Aku bayi yang direncanakan Aku dilahirkan sebagai suku cadang bagi Kate. Kataku lagi
Kau bercanda, 'kan? Tanya pengacara itu.
Anak-anak tak pernah berbohong…Dokter mulai mengambil bagian tubuhku sejak dia lahir, Pengambilan darah tali pusat, transfusi sel darah putih sumsum tulang, limposit, suntikan untuk menambah sel, dan kemudian mereka ambil kembali Tapi itu tak pernah cukup
“baiklah aku,akan terlebih dahulu mempelajari kasus ini.”kata pengacara itu.
“terima kasih “ kataku
“aku akan menghubungimu kemudian” kata pengacara itu.
Setelah keluar dari ruangan pengacara tersebut, aku teringat ibu. Aku tahu ibu akan sangat marah, apabila ia tahu bahwa aku menggugatnya. Aku juga teringat akan kakakku Lily, aku sadar kak Lily adalah satu-satunya kakak perempuan yang kumiliki dan satu-satunya sahabat yang aku miliki.
Karena keputusanku ini aku tahu, keluargaku akan semakin berantakan dan akibat yang fatal adalah aku akan kehilangan kak Lily.
Hari ini aku tidak pulang kerumah, aku ke tempat kerja ayah dan tinggal disana. Sore hari aku melihat ibu datang tapi ayah berusaha menghalangi ibu untuk bertemu denganku.
“untuk apa kamu datang? “ Tanya ayah.
“Dimana Anna? “ sela ibuku.
“Dia tidak ingin bertemu denganmu dan kamu jangan memaksanya ” jawab ayahku meninggi.
“Dia harus menolong kakaknya “ jawab ibuku.
“Pulanglah, aku akan menghalangimu bertemu dengannya. “ jawab ayahku
“Aku tidak akan pulang, sebelum bertemu dengan dia. “ kata ibu
“Hey, dia tidak mau melakukan hal yang kamu mau, selama ini kita telah memaksa dia. Tanpa menanyakan terlebih dahulu kepadanya.” Kata ayah.
Aku bersembunyi dibalik mobil pemadam kebakaran untuk mendengarkan percakapan mereka, terus terang aku kaget dan terharu ketika ayah membela ku di depan ibuku. Tak lama setelah itu ibu meninggalkan ayah.
Pada malam harinya, kami mengunjungi kak Lily di rumah sakit, seperti biasa kami bercerita dan malam itu, entah alasan apa yang membuat keluarga besar ayah datang mengunjungi kakakku, tapi kami berharap dia dapat memberikan pengaruh positif bagi kak Lily.
Keesokan hari saya mendapat surat dari pengacara yang saya kunjungi waktu itu, saya sangat senang ketika tahu bahwa ia bersedia menjadi pengacara saya.
Ketika saya dan kak Jan datang kerumah sakit, kami melihat kondisi kak Lily yang semakin memburuk. Saat itu kak Lily habis cuci darah. Ibu saat itu sekali lagi berbicara padaku untuk mendonorkan ginjalku untuk kak Lily tapi aku tetap menolak. Aku hanya ingin menjalani kehidupan yang normal seperti anak-anak lainnya. Aku tidak mau tubuhku dikendalikan oleh orang lain.
Beberapa hari kemudian, ibu menerima surat dari pengadilan. Ketika membacanya ibu terkejut .
“Ada surat untukmu.kata ayahku
“Apa ini? "Surat Permohonan merdeka secara medis oleh…”
“Apa maksudnya? " Bebas membuat keputusan medis sendiri dan orang tua... tidak memaksa meminta organ tubuh termasuk mendonasikan ginjalnya." Anna, apa ini? Ini darimu?
“Ya, aku menyewa pengacara. Kataku"
“Kau menuntut kami? Sayang, ada apa ini?.kata ibu
“Aku tak ingin melakukan itu lagi, Bu.kataku
“Kau tak ingin melakukannya lagi? Begitu? Kau tak ingin melakukan itu? Kata ibu
“Tidak.jawabku
“Kumohon. Ini bukan seperti kita punya pilihan.jawab ibuku
“Itu masalahnya, aku punya pilihan. Kataku
“Sungguh? Begitu? Ya.Dia kakakmu, Apa kau sudah lupa? Tidak.Kau tahu apa yang akan terjadi?.Jawab ibuku
“Ya. Percaya atau tidak, Bu. Aku sudah memikirkan itu.kataku.
“Lupakan mengenai fakta kalau operasi itu berbahaya, atau akan menyakitkan... atau aku tak ingin ada bagian dari tubuhku di potong. Tapi jika aku punya satu ginjal, lalu apa yang akan terjadi padaku? Bagaimana jika aku membutuhkannya? Dan aku takkan diizinkan berolahraga Tak boleh minum. Bagaimana jika aku ingin hidup lebih lama? Jawabku.
“Sayang, kau akan hidup lama. Jawab ibuku
“Ya? Lalu katakan padaku: Bagaimana jika transplantasi itu tidak berhasil? “Apa yang terjadi? Kataku
“Dia kakakmu.kata ibu
“Aku tahu itu! Aku bukan sepertimu, Bu! Jawabku
“Aku tak mengerti kenapa kau tidak berkata apapun sejak dulu.jawab ibuku
“Kapan? Kapan harus kubicarakan tentang ini? Ayah tak pernah di rumah. Ayah tinggalkan aku bersama Ibu.kataku
“Apa? Kau tak pernah melakukan apapun yang kau inginkan, kata ibu
“dan ibu tahu itu! Aku selalu terluka saat ku lakukan apapun yang ibu mau, bukan begitu? kataku.
Ketika mengetahui bahwa yang menggugatnya adalah aku, anaknya sendiri. Ibu sangat marah kepadaku, ibu hanya ingin agar aku tetap mau menolong kakakku lewat donor ginjal.
Ketika kami sekeluarga sedang berada di rumah sakit, tanpa sengaja ibu mengungkit itu depan kak Lily.dan ia akan berjuang untuk menyelamatkan kakakku dengan cara apa saja.
Aku melihat kekecewaan kak Lily, bukan karena aku menolak menolongnya. Tetapi karena kesalahpahaman yang terjadi dalam keluarga kami yang semakin fatal dan ia sangat bersalah atas masalah yang terjadi dalam keluargaku.
Ketika kami keluar dari kamar inap kak Lily, aku melihat dia menangis. Dia membuka satu persatu diarynya. Dia melihat setiap photo yang ada lembar demi lembar. Sambil melihat photo itu, ia berkata “ Ibu, terimakasih untuk setiap hal dan waktu yang ibu kerjakan buatku ”,” Ayah, maaf aku sudah mengambil seluruh cintamu dari hidupmu “.” Jan, maaf selama ini kamu dilupakan dan tidak perhatikan dari ayah dan ibu ”.” Anna, maaf selama ini aku membiarkan engkau disakiti dan membiarkan dirimu dikendalikan oleh ayah dan ibu “.
Keesokan harinya ibu, memenuhi panggilannya ke pengadilan. Ibu dan pengacaraku dipanggil ke ruang jaksa, untuk menerima beberapa pertanyaan.
Saat ibu ditanya, ibu hanya beranggapan bahwa anak seusiaku belum bisa mengambil keputusan yang baik, masih sangat mudah untuk mengubah-ubah keputusan, dan katanya di usiaku masih sangat mudah untuk dipengaruhi oleh pihak luar.
Saat itu ibu beradu mulut dengan pengacaraku, ibuku beranggapan bahwa pengacaraku ingin mencari ketenaran lewat kasus ini. Justru saat pengacaraku ditanya dia hanya menjawab, bahwa aku mencintai orang tuaku dan ingin tinggal bersama mereka. dia hanya ingin menolongku untuk memperoleh hak kebebasan medis yang harus aku lakukan sejak kecil atas paksaan ibunya.
Jaksa memutuskan untuk bertemu denganku lebih dahulu, kami sempat bercakap-cakap.
“Jadi kau tahu kenapa kau disini?”. kata jaksa itu kepadaku
“Ya. Jawabku
“Agak menakutkan, huh? Maksudku harus menjaga kakakmu setiap saat. tanyanya
“Tidak, aku tak keberatan.Aku suka.jawabku
“Kalian berteman baik? tanyanya lagi
“Tentu, dia kakakku.kataku
“Apa kamu sangat membenci rumah sakit ? “ tanyanya
“ Aku sangat membenci Suntikan yang telah masuk kedalam tubuhku,operasi yang aku lakukan, dan kesakitan lain yang harus aku alami. Kataku.
“tunggulah hasil keputusan, pada jumat pagi. Katanya.
Hari itu aku,kak Jan dan Ayah mengunjungi kak Lily di rumah sakit.
“Bagaimana keadaannya? kata ayah
“Dia kecapean. Cuci darah membuatnya kelelahan.jawab dokter itu
“Aku ingin ke pantai.kata kak Lily
“Apa yang kau katakan, sayang? jawab ayahku
“Dia ingin pergi ke pantai.kata dokter itu
“Ini aneh. Dia bicarakan itu seharian.dan kurasa itu bukan ide yang buruk. Itu mungkin akan membuatnya lebih baik. kata dokter itu lagi
“Kau harus berhitung ke berapa, lima? Kau harus berhitung. Kata ayah kepada kakakku
“Satu, dua, tiga, empat, lima. kakak menjawab pertanyaan ayah
“Oke. Baiklah, sayang, Baiklah, kau mengalahkanku..jawab ayahku
Hari itu kami ke pantai, kami kerumah menjemput ibu.
“Hei, Ayah, ada apa? kata ibuku
“Ambil barang-barangmu.Masuk, segera keluar. Jangan lama.”, kata ayah kepadaku dan kak Jan.
“Hei. Ada apa?kata ibu
“Kami akan ke pantai. Jawab ayah
“Kau akan ke pantai?kata ibu
“Lily? Lily, apa yang kau lakukan...?kata ibu yang sangat kaget ketika melihat kak Lily dalam mobil ayah
“Mama, kumohon, jangan...kata kak Lily
“Tunggu, apa yang dia lakukan diluar rumah sakit? Ini akan membunuhnya! Berikan kuncinya. Akan ku antar dia ke rumah sakit. Berikan kuncinya, Rian! Berikan padaku! Apa kau gila? Kau mencoba membunuhnya? kata ibu kepada ayah dengan suara meninggi.
“Aku sudah bicara dengan Dokternya.kata ayah
“Aku tak peduli dengan siapa kau bicara.Kau membunuhnya! Kau mengerti? Kau membawanya ke pantai,kau akan membunuhnya! Kata ibu
“Ayolah.kata ayah
“Tidak, kumohon.kata ibu
“Ayolah, sayang. Tak apa.kata ayah lagi
“Tidak, kumohon. Jangan lakukan ini.Lihat betapa lemahnya dia?Akan ku hubungi polisi.kata ibu
“Lakukan apa yang kau mau. 14 tahun terakhir ku biarkan kau dengan caramu kata ayah.
“14 tahun terakhir aku mencoba menyelamatkannya!kata ibu tidak mau kalah. Dia ingin ke pantai. Lebih baik kau ikut, jika tidak, aku ingin bercerai kata ayah.
“Bercerai? Baik! Bagus.Kita akan bercerai!kata ibu
“Kami bercerai, Ayah dan Ibu sudah bercerai.
“Masuk ke mobil.kata ayah kepadaku dan kak Jan
“Berikan kuncinya! Ini gila! Berhenti!
“Lily, kau harus kembali ke rumah sakit! kata ibuku di luar mobil sambil membujuk Lily untuk kembali kerumah sakit.
Hari itu kami menghabiskan waktu di pantai bermain, aku dan kak Jan berlari-lari di sekitar bibir pantai, dan kak Lily bercerita dengan ayah. Tak lama kemudian ibu datang dan meminta maaf kepada ayah dan kak Lily. Hari itu kami berusaha menghibur kak Lily.dan kami tidak menyia-yiakan waktu itu untuk bersama-sama.
Keesokan harinya dipengadilan. Dokter kak Lily menjadi saksi atas kasusku.Dokter itu membicarakan apa yang sudah terjadi.Mereka bilang yang terjadi dengan kak Lily adalah keajaiban. Dia harusnya tak bisa melewati umur 5 tahun. Mereka membicarakan tentang manfaat psikologis dari pendonoran. Ketika pengacaraku bertanya bagaimana pengaruh terhadap kualitas hidupku jika ginjalku hilang Mereka juga katakan itu salah dan ini merupakan masalah yang sangat kompleks.
Kebanyakan orang berpikir kalau aku harus memberikan ginjalku tapi mereka juga bilang aku terlalu muda untuk paham keadaan ini secara penuh. Dan tak seorang pun bisa mengatakan umur berapa aku bisa paham akan hal itu Setelah dipertimbangkan, mereka sama sepertiku, sangat bingung Tapi bisakah mereka katakan apa manfaatnya... jika aku menerima semua prosedur-prosedur itu?. Ya. Aku bisa menyelamatkan nyawa kakaknya. Tak lama kemudian ibu menjadi saksi.
“berapa umur Anna saat dia mulai mendonorkan untuk kakaknya?tanya pengacaraku.
“Sejak lahir. jawab ibuku
“Dan saat 5 tahun, dia mulai mendonorkan. limpositnya, apa benar?tanya pengacaraku
“Mm-hm.jawab ibu dengan nada ragu untuk menjawab
“Itu termasuk apa saja?tanya pengacaraku
“Mendonorkan darah.jawab ibu
“Apa Anna setuju dengan itu?tanya pengacaraku
“Tidak, dia masih 5 tahun.jawab bu
“Jadi kamu tidak menanyakan, apakah boleh menusukan jarum dilengannya? tanya pengacaraku.
“Aku memintanya untuk membantu kakaknya dan dia setuju.jawab ibuku.
“Benarkah? Bukankah 2 perawat harus memegang Anna karena dia melawan dengan kuat? kata pengacaraku.
“Mm-hm. Jawab ibuku
“Jadi dia tak sepenuhnya setuju, begitu 'kan? berapa umur Annasetelah itu diopname lagi.” tanya pengacaraku
“Saat Kate berumur 9, dia terkena...kata ibu
“Bukan itu yang ku tanyakan…Aku ingin tahu apa yang terjadi, pada Anna saat dia berumur 6 tahun. Dia mendonorkan granulosit…Dan apa itu? Jarum lagi?
“Yup.jawab ibu.
“Dan apa kau tanyakan pada Anna jika dia ingin mendonorkan granulositnya? tanya pengacaraku
“Kakaknya membutuhkan itu.Hanya dia yang cocok.Tapi apakah kau bertanya padanya?
“Tidak, aku tak bertanya. Kami sering membicarakan itu, tapi tidak,aku tidak meminta izinnya.kata ibu
“Selanjutnya mendonorkan sumsum tulang belakang. Bisa kau gambarkan bagaimana prosedur itu pada kami? Tanya pengacaraku.
“Mereka memasukan jarum ke tulang belakang Anna.kata ibu
“Jarum besar?tanya pengacarku.
“Ya. Jawab ibu.
“Itu prosedur buruk, benar? Anna harus diopname setelah itu. Enam hari.dan ada beberapa komplikasi.tanya pengacaraku
“Ya.jawab ibuku.
Dari apa yang ibu katakan, ia hanya pikirkan seluruh keluarganya tapi itu bukan aku melainkan kak Lily. Ibu mengabaikan kesehatan seorang anak atas kepentingan anak lain.
Saat aku menjadi saksi. Aku mengatakan bahwa aku hanya ingin bebas merdeka dalam penggunaan organ tubuhku. Ini tubuhku, aku ingin membuat keputusanku sendiri dengan apa yang akan kulakukan. Awalnya ibu tida ingin menerimanya pendapatku, ibu hanya berpikir agar aku jadi penolong kak Lily. Tanpa melihat apa yang kan terjadi padaku selanjutnya. Saat ruang dalam keadaan panik dan aku menangis.
“Kate ingin mati !bu.kata kakakku berteriak dalam ruangan tersebut
“Diam! Kataku
“Dia yang menyuruh Anna melakukan ini karena dia tahu dia takkan bertahan. kata kakakku
“Itu bohong, kata ibuku
Lily sekarat dan semua orang tahu itu. bu. Ibu sangat menyayanginya dan tak rela kalau dia pergi.
“Itu tak benar. Lily pasti akan bilang padaku.kata ibu
“Dia sudah katakan.Dia bilang jutaan kali.Hanya saja ibu tak mau dengar.kata kak Jan.
“Baiklah, ku rasa aku punya cukup informasi...tapi sebelum aku buat keputusan, aku ingin mengunjungi Kate, jika tak keberatan.” kata jaksa itu sambil berlalu keruangannnya.
Malam itu kami berkumpul dirumah sakit. Malam itu tidak seperti biasa ka Lily menyuruh ibu untuk tinggal dirumah sakit. Malam itu kak Lily meninggal
Seiring kematian Lily, kami bisa menjalani hidup atau bahkan hidupnya punya arti khusus seperti mereka menamakan taman dengan namanya, atau jalan atau Pengadilan Tinggi merubah aturan karenanya.
Beberapa hari kemudian pengacaraku datang kerumah dan memberitahukan bahwa aku sekarang merdeka dengan organ tubuhku secara resmi. Tapi kami membuat kesepakatan bahwa aku tetap harus kerjakan PR-ku dan pergi tidur saat orang tuaku menyuruhku
Hidupku berbeda sekarang, Banyak hal berubah dalam beberapa tahun terakhir. Ibu kembali bekerja, membangun kembali kariernya dan sekarang menjalaninya dengan baik Ayah mengambil pensiun dini dan sekarang menghabiskan waktunya membantu mengontrol emosi anak muda Dan kak Jan melakukan yang terbaik Setelah Kate meninggal, dia merubah hidupnya. Dia kembali ke sekolah dan mendapatkan beasiswa ke sekolah seni terkenal. Dan walaupun kami telah besar dan pergi jauh setiap tahun, di hari ulang tahun Lily, kami berlibur bersama dan selalu ke tempat yang sama. Aku tak pernah mengerti kenapa Lily harus mati dan kami bisa jalani hidup. Tak ada jawaban untuk itu, menurutku kematian hanyalah kematian, tak ada yang pahami itu. Dahulu, ku pikir aku lahir ke bumi ini untuk menyelamatkan kakakku. Dan pada akhirnya,.aku tak bisa melakukan itu.Aku sadar sekarang itu bukanlah tujuannya. Intinya adalah, aku punya kakak.Dia luar biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar